Anggi's diary

Saturday, February 17, 2007

Dilema hujan

Selamat Hari Raya Imlek bagi yang merayakan!!

Gue memang ga tau banyak soal hari raya imlek. Yah….maklum aja karena gue memang tidak ikut merayakan. :-) Yang gue tau cuman sebatas dekorasi yang serba merah, amplop angpau yang berisi uang, kue2 yang enak2 (he….he), dan harus hujan pada malam sebelumnya. Nah, karena itulah, setiap malam hari raya Imlek gue selalu bersiap2 bawa payung kalo mau keluar rumah. Karena gue cukup percaya kalo malam sebelum Imlek pasti hujan. Katanya sih hujan ini melambangkan kemakmuran untuk tahun yang akan dijalani bagi masyarakat Cina. (bener ga ya? Maaf kalo salah….. :-))

Tapi gimana dengan tahun ini? 1-2 minggu yang lalu, hujan yang mengguyur Jakarta sempat membuat beberapa daerah (katanya mencapai 70%) banjir besar. Jadinya, saat ini kalo lihat langit mendung aja rasanya udah was2. Rasanya hati ga tenang dan kekhawatiran muncul seketika. Terus, kemaren sempet kepikir aja. Gimana ya pas Imlek? Harusnya kan bakal hujan? Terus daerah2 yang banjir gimana kalo sampe hujan lagi?

Sebagai info aja, pas sabtu kemaren (malam sebelum Imlek) gue keluar rumah cuman 2-3 jam. Dan cuman pergi ke daerah deket rumah. Saat di perjalanan, hujan memang datang walaupun tidak terlalu deras. Pas mau balik ke rumah, gue udah ga bisa lewat jalan pulang seperti biasanya. Ada satu daerah yang udah mulai naik lagi airnya. Wah…..terus gimana dong ya? Harus berharap hujan atau ga ya? :-(

Haruskah terlambat??

Penyesalan selalu datang terlambat………..

Gue tahu banget, kalo yang gue rasain sekarang ini udah sangat telat. Karena memang itu yang selalu terjadi. Penyesalan selalu datang terlambat. Kalo ga terlambat, mungkin tidak akan ditulis sebagai “penyesalan”. :-) Right?

Tapi, semua yang sudah kita jalani di masa lalu, tidak akan mungkin terulang. Waktu hanya berjalan sekali, dan tidak mungkin diputar ulang. Rasanya kalo mengingat kejadian itu, ingin memutar ulang semua peristiwa itu. Dan bereaksi berbeda ketika semua terjadi. Tapi ga mungkin kan? So, semua hanya menjadi kenangan manis buat gue. Yang tak mungkin berulang………..

Minoritas, ga salah kan?

Kadang2 kita (mungkin cuman gue aja? :-)) memang harus jadi golongan minoritas…….

Dalam hidup, pasti ada aja deh orang2 di sekeliling kita, atau bahkan kita sendiri, yang jadi golongan minoritas. Orang2 seperti ini mungkin terlihat “nyeleneh” dari orang kebanyakan. Tapi walaupun gitu, mereka ga salah kan? Hidup memang butuh perbedaan kan? Kalo semua seragam, hm…..hidup jadi tidak menarik……
Hal ini juga kali ya yang gue alamin sekarang…………

1. Di kampus, gue ikutan organisasi yang bikin surat kabar kesehatan dan kedokteran nasional (katanya sih berskala nasional. He….he), namanya Media Aesculapius (MA). Di dalamnya ada satu bagian yang peminatnya terus berkurang dari tahun ke tahun. Bahkan 2 tahun belakangan ini MA terpaksa menempatkan orang yang sebenernya ga suka di situ. Bahkan di bagian ini seprti “ditinggalkan”. Kasihan ya………
Nah, kebetulan banget, entah gimana ceritanya, gue tuh seneng2 aja bertugas di bagian ini. Bahkan gue berminat balik ke bagian ini setelah 1 tahun yang lalu pindah. Gue juga heran kenapa gue seneng banget ada di bagian ini. Padahal orang lain ga ada yang suka. Menjadi sebagian kecil orang yang tertarik dengan bagian ini, ga salah kan?

2. Sekarang urusan hidup gue niy. Ha…ha Ga segitu ribetnya sih. :-) Atau mungkin belum aja ya? Jadi, ketika lulus nanti gue harus memilih mau melanjutkan pendidikan ke mana. Kayaknya ga mungkin cuman cukup sampe di sini. Hari gini gitu…………
Nah, lagi2 gue memilih jurusan yang tidak menarik bagi orang lain. Sementara itu, oleh berbagai sumber gue juga disarankan untuk masuk jurusan lain yang lebih menjanjikan. Nih jurusan lumayan banyak peminatnya. Dan, masa depan para lulusan-nya pun cukup menjanjikan. :-) Tapi gimana kalo gue ga suka? Ga bisa dipaksa kan? Apa rasanya ya menjalani beberapa tahun untuk bergelut dengan bidang yang sebenernya ga disukai? Akankah berhasil?

So, salahkah menjadi golongan minoritas? :-)